Selasa, 14 Juni 2016

Kitab Suci dan Doa dalam Keluarga Katolik

PERAN KITAB SUCI  DALAM KELUARGA KATOLIK

PENDAHULUAN

Kita tidak bisa menjadi seorang katolik yang baik tanpa Yesus Kristus. Sebab Yesus adalah “jantung” kehidupan orang Katolik. Oleh karena itu, kualitas seorang beriman Katolik sangat ditentukan oleh seberapa jauh dia mengenal dan menjalin relasi yang intim dengan Yesus. Seorang yang mengenal dan menjalin relasi yangintim dengan Yesus adalah seorang yang selalu mengikuti perintah, larangan dan teladan yang telah dibuat Yesus selama hidup-Nya. Namun, pertanyaan, apa yang harus menjadi panduan agar orang bisa mengetahui perintah, larangan dan teladan Yesus. Jawabannya adalah Kitab Suci. Dengan demikian maka untuk mengetahui segala perintah, larangan dan teladan Yesus itu, orang Katolik harus selalu membaca Kitab Suci. St. Hironimus secara tegas berkata: “Siapa yang tidak mengenal Kitab Suci, tidak mengenal Yesus.
Setiap orang Katolik pernah ada dan hidup dalamkeluarga. Bahkan, hampir semua orang Katolik selalu hidup dalam keluarga. Oleh karena itu, adalah baik dan sangat tepat bila kelurga-keluarga Katolik sadar dan disadarkan bahwa Kitab Suci adalahi panduan normatif-religius bagi kehidupan kristiani. Dengan kesadaran ini maka Kitab Suci akan menjadi semacam “matahari” yang senantiasa menerangi perjalanan keluarga dalam menelusuri lorong-lorong kehidupan yang terkadang diliputi kegelapan duniawi. Kitab Suci akan menjadi semacam “motor” yang menggerakan kehidupan berkeluarga. Hidup secara biblis berarti hidup menurut ajaran-ajaran Allah yang termaktub secara total dalam Kitab Suci. Kitab Suci ibarat “sumur kehidupan” yang tak pernah kering, tempat di mana keluarga-keluarga Katolik menimba kekuatan-kekuatan rohani.

KITAB SUCI DAN DAYA KONSTRUKTIFNYA: BELAJAR BEBERAPA TOKOH KRISTIANI

Beberapa Pengertian:
Kitab Suci: Istilah ini merupakan terjemahan dari kata Bahasa Latin, dari kata “Sacra” artinya suci atau kudus, dan “Scriptura”, artinya tulisan. Dengan demikian, Sacra Scriptura berarti tulisan suci. Kitab suci diakui sebagai tulisan atau buku suci karena berasal dari Allah dan berisikan hal-ikhwal yang berkaitan dengan Allah.
Alkitab. Istilah Alkitab berasal dari bahasa Arab, dari kata Al – Kitab. Al adalah kata bahasa Arab yang berarti “indah” atau “hebat”. Kitab suci diakui sebagai kitab yang indah atau kitab yang hebat, karena berisikan wejangan dan nasihat untuk hidup dan ditulis dalam banyak buku. Karena itu, Alkitab tidak hanya merupakan satu buku tetapi juga merupakan kumpulan buku atau tulisan (Biblia dalam bahasa Yunani (jamak) dan Latin (tunggal). Alkitab berisikan 46 tulisan dari Perjanjian Lama dan 27 tulisan dari Perjanjian Baru. Seluruhnya berjumlah 73 tulisan.
Perjanjian. Kitab suci juga diartikan sebagai Kitab Perjanjian. Dalam Bahasa Yunani disebut “diatheke”. Awalnya diatheke diterjemahakan sebagai wasiat yang diberikan Allah kepada manusia. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, diatheke lebih diartikan sebagai “perjanjian”.  Disebut perjanjian, karena dalam Kitab suci, kita menemukan perjanjian atau kesepakatan timbal balik antara Allah dan manusia.
Injil. Kitab suci juga sering diartikan sebagai Kitab Injil (Kabar Gembira). Kata injil berasal dari bahasa Yunani, dari kata “euangelion”, artinya kabar baik atau kabar gembira. Kata euangelion berasal dari kata kerja bahasa Yunani, “euangelisesthai”, artinya “mewartakan kabar baik” atau “memberitakan kabar gembira”. Dengan demikian, Injil berarti kabar baik atau kabar gembira tentang keselamatan yang telah menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus.

Kitab Suci dan Keluarga Katolik
Kitab suci dan keluarga Katolik sesungguh memiliki korelasi yang sangat erat. Kualitas kekatolikan keluarga Katolik sangat ditentukan oleh seberapa jauh nilai-nilai kitab suci diselami dan dihayati oleh keluarga dalam kehidupan setiap hari. Bila sebuah keluarga Katolik tidak pernah membaca dan menghayati nilai-nilai injili dalam kehidupannya maka ia tidak menjadi keluarga Katolik dalam arti yang sesungguhnya.
Kitab suci memang menjadi begitu penting bagi kehidupan keluarga kristen. Kurang lebih ada beberapa tesis yang mendukung pernyataan ini.
Kitab Suci adalah Sabda Allah dalam bahasa manusia. Kitab suci adalah sabda Allah, kabar gembira Allah, yang mesti didengar dan dialami oleh keluraga Katolik agar cinta Allah itu bisa menjadi kenyataan dalam keluarga.
Kitab Suci adalah surat Cinta Allah kepada keluarga-keluarga Katolik. Kitab suci adalah tanda ungkapan cinta Allah kepada keluarga-keluarga Katolik. Cinta Allah itu ibarat seorang pacar yang menuliskan surat cinta kepada wanita pujaan hatinya. Tetapi, tentunya ungkapan cinta Allah adalah tulus, tanpa batas, tanpa syarat, dan tidak bersifaf gombal sebagaimana yang biasa anak muda jaman sekarang lakukan kepada para wanita belahan jiwanya.
Kitab Suci adalah Terang Kehidupan keluarga Katolik. Sebagai terang kehidupan, kitab suci ibarat “api” yang senantiasa memberikan cahaya bagi keluarga agar bisa melewati lorong-lorang gelap kehidupan. Kitab suci dalam hal ini menjadi semacam panduan normatif-religius untuk mengarahkan pola tingkah laku keluarga Katolik, yakni tingkah laku yang dikehendaki Allah dan sesuai dengan teladan Yesus Kristus.
Kitab Suci adalah Sabda Tuhan, perkataan dan perbuatan Yesus sahabat anak-anak. Kitab suci berisi sabda Tuhan dan perbuatan-perbuatan Yesus yang bisa dijadikan sebagai ajaran iman bagi anak-anak. Dengan membacakan atau menceritakan kisah-kisah yang tertulis dalam kitab suci kepada anak-anak, anak-anak akan lebih mengenal iman katolik dan meneladani dan mengikuti perintah Yesus yang adalah sahabat anak-anak.
Anak-anak sesungguhnya senantiasa belajar dari kehidupannya. Bila ia dibesarkan dalam keluarga yang senantiasa membaca kitab suci maka ia akan berlaku demikian untuk seumur hidupnya. Sebaliknya, jika anak-anak tidak dibiasakan sejakkecil untuk bergelut dengan kitab suci maka sampai menjadi seorang dewasa, anak-anak akantetap berlaku demikian. Mereka melihat kitab suci sebagai sesuatu yang asing dan aneh untuk dibaca.

Pandangan Kristen Tentang Keluarga
Keluarga dalam pengertian Kristen adalah keluarga yang dalam seluruh keberadaannya menunjukkan penghayatan dan pemahaman nya pada Ajaran Kristus.
Keluarga Kristen bukan sekadar sebuah label atau sebuah catatan sensus penduduk, bukan juga sekadar ditunjukkan melalui keikutansertaan dalam ibadah-ibadah gerejawi maupun ibadah rutin lainnya yang diselenggarakan didalam keluarga. Keluarga Kristen tampak melalui tampilan dan karakter tiap-tiap anggota keluarga, terutama hubungan dan komunikasi yang terjalin diantara sesama anggota keluarga.
Secara khusus ada 3 fungsi keluarga menurut Al-kitab,yaitu:
Mewakili Tuhan dalam mengolah alam semesta.
Menjadi lembaga pendidik pertama dan utama.
menjadi wadah bagi anggotanya dalam mengekspresikan cinta, kesetiaan, dan saling menghormati.
Didalam keluargalah manusia pertama kali belajar tentang arti kasih dan penerimaan, kerja sama, toleransi, solidaritas, keadilan, kebenaran, dan empati. Tuhan juga mengkehendaki agar pernikahan menjadi persekutuan yang hidup. Artinya didalam pernikahan tidak boleh dipakai untuk mencari kepentingan pribadi. Pernikahan harus menjadi satu kesatuan, persekutuan yang sejati.
Pesan Allah bagi keluarga jelas,”Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” ( Mat. 19:6)
Keluarga harus menggambarkan komunitas cintakasih. Cinta kasih yang selalu memberikan suasana yang hidup dan menghhidupkan. Jika di dalam keluarga menghadirkan cinta kasih yang menghidupkan, maka keluarga itu adalah keluarga yang dibangun dalam kerangka keselamatan Allah.
Beberapa hal pokok yang dapat menjadi fondasi kuat dalam hidup berkeluarga :
Memprioritaskan Kristus dalam kehidupan mereka.
Sikap saling mengasihi dan saling menghormatidiantara anggota keluarga.
Cinta kasih tanpa batas.Artinya, setiap anggota keluarga memiliki tekad untuk saling berkorban demi keutuhan kehidupankeluarga.
Sikap empati dan simpati antarsesama anggota keluarga.

Belajar dari Beberap Tokoh Katolik
Daya guna Kitab Suci memang tidak diragukan. Berapa banyak pribadi yang semula hanya coba-coba membaca kian meminatinya. Berbagaiperubahan dan sikap hidup pun bisa jadi tampak dalam hidup keseharian mereka. Sebagai Firman Allah, nilai-nilai injili mengalir dan menggenangi arus bawah pikiran mereka, memberi bentuk serta isi pada kata-kata mereka.
Ada beberapa tokoh yang senantiasa menjadi kitab suci sebagai teman hidup dan sumber inspirasi untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
Pertama, St. Klara dari Asisi mendirikan komunitas gadis-gadis yang mau mengatur hidupmereka seturut peraturan St. Fransiskus. la sangat akrab dengan Kitab Suci sehingga teks-teks biblis seolah-olah mencetus keluar secara alami dalam tulisan-tulisannya. Pernah dalam suratnya, ia mendorong sahabatnya, Ratu Agnes dari Bohemia, yang memutuskan pertunangan dengan Kaisar Frederik II, supaya dapat menerima kepapaan injili.
Kedua, St. Agustinus. Karena mendengar seruan “Tole lege, tole lege”, yang berarti “Ambillah danbacalah”, Agustinus pun memungut Kitab Suci dan membacanya. Matanya terpaku pada Roma 13:12-14. Ia tepekur dan tergerak melakuan pembaruan diri. Dari hasil membaca dan merenungkan Kitab Suci, Agustinus membuka diri untuk dibabtis dan menghasilkan karya-karyaterkenal. Salah satu karya terkenalnya adalah “Confessiones”. Ia juga kemudian menjadi seorang pujangga dalam gereja Katolik.
Ketiga, Bob Marley. Siapa sangka dewa musik beraliran reggae ini pernah menuliskan dalam catatan hariannya demikian, “Mereka mengira aku bicara tentang sosialisme, radikalisme, komunisme. Aku tidak berbicara tentang semua itu. Apa yang aku katakan sebenarnya berasal dari Kitab Suci. Mereka mengatakan itu karena mereka tidak pernah membaca Kitab Suci.” Menyimak apa yang dikatakan, ternyata tokoh seunik Bob Marley masih menimba dan menggelontorkan nilai-nilai spiritual dari Kitab Suci dalam hidupnya.
Berdasarkan pengalaman tiga tokoh kristen di atas, dapat dilihat bahwa kitab suci memiliki daya konstruktif yang bisa mengubah hidup orang dari yang tidak baik menjadi baik. Ia menjadi sumber kekuatan dan sumber inspirasi untuk menghadapi pelbagai tantangan dan gejolak dalam hidup ini. Apa yang ditulis dalam kitab suci selalu aktual sepanjang masa. Namun, membaca kitab suci harus senantiasa dibarengi dengan proses interpretasi kreatif, tetapi selalu tetap berada di bawah pengawasan Magisterium Gereja.


PERAN KITAB SUCI DALAM KELUARGA KATOLIK

Kitab Suci: Sumber Iman Anak
Anak-anak sebagai pemangku masa depan gerejaadalah mutiara yang amat berharga bagi gereja. Oleh karena itu, dasar iman mereka harus diperhatikan sedini mungkin. Tanggung jawab untuk memberi dasar iman yang yang baik adalah tugas semua aggota gereja. Tetapi, karena keluarga Katolik adalah tempat pertama dan utama seorang anak mengenal iman katolik, maka ia mesti memberi dasar iman yang benar dan jelas kepada anak-anak. Dasar iman itu bisa ditimba dari sumur kitab suci yang tak pernah kering.
Paus Yohanes Paulus II dan para uskup sedunia, dalam anjuran apostolic Familiaris Consortio, menyatakan empat tugas dan peranan keluarga katolik, yaitu :
Membentuk persekutuan pribadi-pribadi;
Mengabdi kepada kehidupan;
Ikut serta dalam pengembangan masyarakat; dan,
Berperan serta dalam kehidupan dan perutusan Gereja.
Pada intinya, setiap keluarga Katolik dipanggil dan diutus menjadi tempat pendidikan pertama dan utama. Dalam keluargalah anak-anak mulai dididik dalam segala hal : belajar berjalan, belajar duduk, belajar berbicara, belajar berperilaku dan bersikap, belajar makan, dll. Pendidikan di sekolah maupun di tempat-tempat lain hanyalah bersifat melengkapi dan melanjutkan pendidikan di rumah dan dalam keluarga tersebut. Pendidikan yang dimaksud tidaklah hanya pendidikan budi pekerti namun juga termasuk di dalamnya : pendidikan iman. Maka, keluarga disebut juga sebagai basis hidup beriman Katolik.
Setiap keluarga tentu mengharapkan setiap anggotanya menjadi pribadi yang tangguh dan mantap dalam segala hal. Dambaan setiap keluarga itu menggaungkan apa yang dikatakan Bacaan Injil ( Luk 2: 22 – 40 ) tentang Yesus kecil : “Ia bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.” Dalam hal ini kita tentu tidak bisa menafikan peran Yusuf dan Maria sebagai orang tua. Mereka berusaha menjadi orang tua yang baik.
Agar dasar iman anak bisa terealisir secara baik maka kerasulan kitab suci oleh orang tua kepada anak-anak adalah sebuah keniscayaan. Intisari dari kerasulan kitab suci bagi anak-anak dalam keluarga adalah agar anak-anak bisa memiliki pertumbuhan spiritual secara biblis. Artinya adalah bahwa segala ajaran iman, moral dan sosial yang terkandung dalam kitab suci dapat terinternalisir dalam totalitas kehidupan seorang anak.
Secara global, ada beberapa tujuan kerasulan kitab suci bagi anak-anak dalam keluarga.
Membantu agar anak-anak bertumbuh-kembang menjadi sempurna Seperti Bapa Sempurna adanya (Mat. 5:48).
Kesempurnaan Bapa mesti menjiwai seluruh kehidupan iman anak agar mereka bisa bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang tangguh baik secara fisik maupun secar spiritual di masa-masa yang akan datang. Apalagi masa depan gereja sangat ditentukan oleh kualitas anak-anak yang nantinya akan menjadi pemangku tugas dan pelayanan gereja di masa yang akan datang.
Menjadi serupa dengan Yesus bertambah besar secara fisik, bertambah hikmat-bijaksana secara intelektual, makin dikasihi oleh Allah secara spiritual, dan dikasihi oleh manusia secara sosial-emosional-afektif.
Intinya adalah menjadi manusia utuh seperti Yesus (Luk. 2:2). Dalam hal ini tugas keluarga adalah untuk menumbuhkan iman anak-anak akan Yesus sebagai sahabat sejati dan Penyelamat, mendorong anak-anak untuk ikut mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus, menumbuhkan kesetiakawanan anak-anak terhadap teman-temannya yang lebih menderita.Namun, agar kerasulan kitab suci untuk anak-anak bisa berhasil. Setiap keluarga juga harus menyadari akan kemudahan dan kesulitan kerasulan kitab suci bagi anak oleh keluarga Katolik. Pertama, kemudahan. Dalam kitab suci terdapat banyak cerita menarik, berisikan tokoh-tokoh idola anak-anak yakni Yesus, Sahabat Sejati. Selain itu, kitab Suci memuat banyak nasihat dan contoh hidup yang mudah diterima dan dipahami oleh anak-anak.
Kesulitan.
Terkadang kitab suci menjadi tidak menarik bagi anak-anak. Hal itu disebabkanoleh beberapa hal.
Bahasa, kata-kata dan kalimat dalam Kitab Suci sulit dipahami oleh anak-anak.
Buku kitab Suci itu tebal, penuh dengan tulisan, tanpa gambar sehingga tidak menarik minat anak-anak untuk membacanya.
Metode penyajian: Kitab Suci diwartakan melalui khotbah yang menjenuhkan.
Pengaruh media komunikasi modern yang mengalahkan Kitab Suci.
Penggunaan alat visualisasi yang kurang kreatif dan kabur.
Dengan mengetahui kemudahan dan kesulitan ini, maka kerasulan kitab suci dalam kelurga harus memperhatikan hal ini dan mencari jalan keluar atasnya. Kreatifitas ayah dan ibu dalam hal ini sangat dituntut dalam menghadapi kesulitan-kesulitan itu. Orang tua mesti berupaya sekeras mungkin agar anak-anak memiliki dasar iman yang kuat dan kokoh. Sebab peletakan dasar iman yang kokoh adalah tanggung jawab orang tua yang diberikan oleh Tuhan. Oleh karena itu, tanggung jawab ini mesti diterima secara betanggung jawab sebab satu saat Tuhan akan meminta pertanggung jawaban atas tanggung jawab yang telah Ia berikan itu.
  Kitab Suci dan Hidup Perkawinan
Kitab Suci pun merupakan sumber mata air yang tidak bisa dihindari dan dilepaskan hidup keluarga Katolik. Sebagai cetak biru, ajaran-ajaran Yesus, Kitab Suci menuntun perkawinan dan keluarga untuk membangun fondasi batu karang yang kokoh (bdk. Mat 7:24-25). Jika nilai-nilai biblis bisa dihidupi dalam kehidupan perkawinan, maka kehidupan perkawinan itu akan menjadi lebih hidup, lebih baik dan lebih elegan.
Namun dalam kenyataan faktual, tidak dipungkiribahwa bangunan hidup perkawinan dan keluarga di zaman moderen sekarang ini sangat dipengaruhi oleh banyak perubahan yang terjadi di masyarakat. Simak saja gelombang arus informasi dan telekomunikasi global, pendidikan,nikah beda agama, relasi suami istri, maupun habitus konsumerisme yang merangsek dan siap melumat hidup perkawinan dan keluarga. Suatu realitas yang tidak dapat dihentikan oleh siapa pun, termasuk keluarga.
Melihat kenyataan ini, seolah perkawinan dan keluarga dihadapkan pada titik terang dan gelap. Di satu sisi ditawarkan segudang harapan dari nasihat-nasihat Injili. Namun di sisi lain, ada nilai-nilai fundamental kehidupan keluarga dirusak oleh persoalan dan masalah. Bila demikian, apakah yang perlu dilakukan oleh pasangan yang akan membangun hidup berkeluarga? Atau, bagaimana keluarga-keluargamempertahankan ikatan perkawinan mereka?
Dalam buku Family Matters – A Bible Study on Marriage and Family dijelaskan bahwa keluarga Katolik dapat menghidupi perkawainan dengan baik jika mereka selalu mendekatkan diri pada Allah. Para keluarga kristen harus “back to basic”. Artinya, keluarga Katolik diajak untuk kembali ke dasar kehidupanannya yakni Allah sendiri. Mereka mesti lebih dekat dengan Allah, yakni dengan menyediakan waktu bersama untuk berdoa dan membaca sabda-Nya. Ibarat bahtera, mereka harus menyediakan waktu sejenak dan menjangkarkan bahtera mereka pada sesuatu yang sangat mendasar, yakni Kitab Suci.Kitab suci dalam hal ini memiliki andil untuk memecahkan pelbagai persoalan dalam kehidupan perkawinan. Kitab suci dapat mengubah rasa frustasi yang mulai menggelayut dalam perkawinan mereka. Dengan membaca kitab suci dan menginternalisir nilai-nilai biblis dalam kehidupan perkawinan, para pasutri tidak saja menemukan gairah baru dalam hidup perkawinan dan keluarga mereka. Mereka bahkanmampu menghidupkan sang waktu. Sikap pro kehidupan pun menonjol dalam hidup perkawinan dan keluarga mereka. Dengan antusias, mereka dapat mencermati dan mensikapi sisi-sisi yang mencemari hidup perkawinan dan keluarga dalam budaya modern secara kritis-rasional dan bertanggung jawab.Harus diakui bahwa kitab suci memliki pengaruh konstruktif bagi Keluarga Katolik sebagai paguyuban-paguyuban terkecil dalam Gereja. Dengan membaca kitab suci, mengiternalisir dan merealisasikannya dalam hidup berkeluarga, keluarga akan semakin kukuh dan bersamaan dengan itu Gereja akan menjadi semakin tangguh. Keluarga yang kukuh adalah keluarga yang berlaku dan bertindak sesuai dengan pesan-pesan injil.
Ciri-ciri keluarga yang selalu berlaku dan bertindak sesuai dengan pesan injil adalah sebagai berikut.
Pertama, saling tunduk, yaitu saling berlaku dengan cara menerima pertanggung-jawaban penuh atas peran mereka yang berbeda. Selalu bersikap rendah hati dalam membangun mahligai perkawinan.
Kedua, saling membangun dalam iman Kristus.
Ketiga, mengajar anak-anak mereka dan orang lain yang tinggal di rumah agar mereka dapat mengenal Kristus.
Keempat, memelihara kelakuan di rumahtangga yang sesuai dengan kesalehan dan ukuran yang diterima pada umumnya.

PENUTUP

Kitab suci memiliki peran yang sangat urgen dalam keluarga Katolik. Kitab suci sesungguhnyaibarat “jantung” yang senantiasa memompa darah iman, moral dan spiritual ke seluruh tubuh keluarga. Oleh karena itu, tanpa kitab suci (tanpamembaca kitab suci), keluarga katolik akan “mati” dalam mengamalkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupannya.
Dewasa ini, keluarga katolik senantiasa diterpa oleh badai modernisme. Badai modernisme selalu membawa hal-hal yang misa memporak-porandakan kehidupan keluarga kristen. Oleh karena itu, agar keluarga katolik tidak teracam badai modernisme itu maka keluarga katolik harus senantiasa menjadikan kitab suci sebagai “benteng” yang bisa menahan badai yang membahayakan kehidupan keluarga itu. Keluargakatolik harus selalu membaca kitab suci dan mengamalkan nilai-nilai biblis yang dibaca itu dalam kehidupannya setiap hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.

Visi SDI Lento

 EMBED

VISI DAN DAN MISI

SEKOLAH DASAR INPRES LENTO
KECAMATAN POCO RANAKA
KABUPATEN MANGGARAI TIMUR

VISI                  : TERCIPTANYA PESERTA DIDIK YANG BERKUALITAS, KOMPETETIF DAN BERAKHLAK MULIA
MISI :




TUJUAN :







 EMBED
DESKRIPSI  LAMBANG / LOGO:

Bentuk dasar lambang, perisai persegi lima, sebagai lambang keberanian dalam menghadapi tantangan.
Warna biru mudah: kematangan dan kedewasaaan berpikir, keteduhan hati dan kesejukan jiwa
Di dalam perisai tertulis nama SEKOLA DASAR  INPRES LENTO warna merah sebagai lambang semangat untuk selalu berprestasi
Bintang segi lima  warna kuning, melambangkan sila pertama, siswa dituntut untuk memiliki  akhlak mulia ,keunggulan, keagungan dan kemuliaan
Di dalam perisai ada lambang utama depdikbud, sebagai  bentuk sinergitas SDI Lento dengan kemdikbud Republik Indonesia di Jakarta.
Buku terbuka  dalam lingkaran  melambangkan kemauan untuk belajar giat  menuntut ilmu pengetahuan demi kemajuan dan kesuksesan   siswa secara kompetitif dan siap bersaing dalam kanca dunia.
Lingkaran elips warna coklat, menandakan  bahwa dalam menuntut ilmu harus rendah hati untuk menerima berbagai perubahan dan membingkainya dalam kerangka berpikir yang  logis untuk mencapai kesuksesan
kesuburan, sdi Lento siap membuat siswanya berprestasi dalam berbagai aspek.
Kuning tepi, melambangkan kemakmuran
Padi dan kapas, melambangkan  bahwa muara dari pendidikan di SDI Lento adalah siswa mapu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mudah sehingga mampu bersaing dalam kehidupan  sosial di masyarakat secara cerdas .

Senin, 02 Mei 2016

Doa Hardiknas 2016 secara Katolik



DOA HARDIKNAS,  2 Mei 2016

Ya, Allah yang  Maha Kuasa
Dengan keagungan dan kebesaran-Mu,  hari ini kami berkumpul dan  bermadah  syukur  kepada-Mu, dalam upacara peringatan hari pendidkan Nasional . Hari ini pelaksanaan  pendidikan di Indonesia  sudah berlangsung selama 71 tahun.  Oleh karenanya kami bersyukur  atas penyelenggaraan-Mu ini, terutama atas penyertaanMu bagi    kami dalam setiap upaya  dan  proses   untuk  membangun generasi  muda dalam menggapai harapan, impian, dan cita-cita .

Ya, Allah yang Maha Rahim
Kami sadar, dalam seluruh perjalanan dan proses pendidikan yang sudah berlangsung 71 tahun, banyak hal yang yang keliru, yang menyimpang dari kehendakMu. Terkadang kami mengabaikan kuasaMu dan mengandalkan kemampuan kami,  sehingga  kami  menemui kegagalan dan hambatan.  Karena itu Tuhan, ampunilah segala dosa dan kekeliruan kami, jauhkan kami dari kesalahan,  hindarkan kami dari kekeliruan serta  sadarkan  kami akan   kehendak-Mu dalam  membangun pendidikan, demi mencerdaskan anak  bangsa.

Ya, Allah yang Maha bijaksana
Lama sudah bangsa kami merdeka. Banyak sudah usaha untuk memajukan harkat dan martabat bangsa, di antaranya melalui pendidikan. Semoga melalui wahana ini, kami mampu membentuk karakter anak bangsa menjadi pribadi yang memiliki keunggulan, berdaya saing tinggi, berkepribadian baik, berbudi pekerti  dan    bermoral.  Oleh karenanya, kami mohon karuniakanlah kepada kami  kejujuran dan semangat juang  dalam membangun pendidikan, menata masa depan anak bangsa.
Secara khusus hari ini kami kenangkan  semangat juang  bapak  Ki Hajar Dewantoro, yang telah  berjasa dan menjadi pelopor pendidikan.  Semoga dengan restuMu, kami sanggup   meneruskan cita-citanya mewujudkan pendidikan membangun karakter dan mentalitas generasi muda

dengan ilmu pengetahuan  sehingga menjadi generasi penuh karya, mandiri dan berkepribadian .
Kuatkan semangat  para pendidik kami, terutama para guru yang sedang aktif berkarya, agar dengan iklas membimbing anak bangsa dengan penuh dedikasi dan bernurani.
Jadikanlah sekolah sebagai pilar utama pendidikan, sebagai surga anak bangsa
Jadikanlah lingkungan sebagai penyangga pendidikan, sebagai taman yang penuh bunga
Jadikanlah keluarga sebagai pendidikan pertama yang menghangatkan suasana,  Sehingga generasi kami tumbuh,  mekar berbunga dan berbuah untuk sukses meraih masa depannya.
Semua doa dan harapan kami ini ya Allah, kami haturkan ke hadirat-Mu dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami.  Amin



       SD Inpres  Lento’ 2 Mei 3016
 By. Eryckh Tibur, S. Pd

Senin, 14 Maret 2016

Rangkuman Agama Katolik Kelas 6 SD

Pelajaran 1
WARGA NEGARA INDONESIA



RANGKUMAN

Yang disebut warga negara Indonesia adalah:
a. Orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang dari bangsa lain yang telah disahkan dengan undang-undang menjadi warga negara Indonesia.
b. Seseorang yang dilahirkan di Indonesia, dari ayah dan ibu berwarga negara Indonesia serta bertumbuh kembang di alam Indonesia.
Hak-hak yang kita miliki sebagai warga negara Indonesia antara lain yaitu:
hak untuk hidup layak.
hak mengeluarkan pendapat.
hak memperoleh perlindungan hukum.
hak memperoleh pengajaran dan pendidikan.
hak membela negara, dan lain-lain.
Kewajiban-kewajiban yang harus kita penuhi sebagai warga negara Indonesia antara lain:
a. kewajiban mentaati hukum/peraturan sekolah dan negara.
b. kewajiban membayar uang pendidikan.
c. kewajiban membela negara.
d. kewajiban membayar pajak, dan lain-lain.
Antara hak dan kewajiban tidak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lainnya sangat berkaitan dan saling menunjang.
Laki-laki dan perempuan oleh Tuhan pun diberikan hak dan kewajiban yang sama, sebab laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah yang satu dan sama (Lihat Kejadian 1: 27).
Setiap warga negara Indonesia baik itu laki-laki atau perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara, karena kita masing-masing dipanggil untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik sekaligus menjadi warga Gereja Katolik yang baik.
Hal-hal yang dilakukan Yesus sebagai warga negara Yahudi yaitu: Yesus dididik orangtua-Nya dalam adat istiadat Yahudi.
Kewajiban yang dilaksanakan Yesus sebagai bangsa Yahudi antara lain:
Setiap hari raya Paskah Yesus pergi ke Bait Allah di Yerusalem untuk merayakan Paskah.
Yesus membayar pajak.
Sebagai bukti cinta Yesus pada bangsa-Nya Ia berjuang mati-matian untuk mengajak orang-orang bertobat, tetapi sia-sia sehingga Ia menangisi nasib malang kota Yerusalem yang kelak akan hancur dan rata dengan tanah.


Pelajaran 2
BANGSA INDONESIA
DAN KEINDAHAN NEGERIKU



RANGKUMAN

Negeri Indonesia dengan keanekaragaman yang ada adalah bangsa yang unik dan menarik karena rakyatnya terdiri atas suku, budaya, agama, bahasa daerah, adat istiadat yang berbeda-beda.
Dengan peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang menyatakan kebulatan para pemuda untuk bersatu dalam satu Negara mengikrarkan bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu yaitu Indonesia.
Tugas kewajiban kitalah untuk memlihara, melestarikan dan menjaga persatuan sebagai bangsa yang berbeda suku, agama, ras, budaya, bahasa daerah dengan melestarikan “Bhinneka Tunggal Ika” dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berbagai keindahan negeri Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, gunung-gunung berapi, keadaan alam yang mempesona, danau-danau yang permai, lautan dengan kekayaan alam taman lautnya, flora fauna yang beraneka ragam serta satwa langkanya yang tidak dimiliki negara lain.
Keindahan budaya yang beraneka ragam (Candi Borobudur, Prambanan, istana-istana Raja/Sultan), rumah-rumah adat, dan kekayaan budaya yang beraneka ragam.
Semua keunikan dan keindahan yang ada di negeri Indonesia merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan semua itu diberikan Tuhan untuk manusia agar dikembangkan dan dilestarikan demi kebahagiaan kita sendiri, sesama dan kemuliaan Tuhan.
Sebagai rekan kerja Tuhan, kita dipanggil untuk melestarikan tanah air Indonesia dengan cara: misalnya ikut serta dalam kegiatan penghijauan, membuang sampah pada tempatnya, melindungi satwa langka, tidak mencoret-coret tembok, menanam tanaman-tanaman langka dan sebagainya.
Selain melestarikan tanah air kita juga punya kewajiban melestarikan budaya Indonesia, misalnya berusaha mengenal dan belajar lebih banyak tentang bahasa persatuan, lagu-lagu daerah, tarian-tarian daerah, busana daerah, mengunjungi tempat-tempat bersejarah (Prambanan, Borobudur, Keraton), mengunjungi rumah-rumah adat, menggunakan bahasa nasional yang baik dan benar serta cinta produksi dalam negeri.




Pelajaran  3
NABI ELIA


RANGKUMAN

Nabi adalah: a) orang yang secara khusus diutus Allah untuk menyampaikan kehendak-Nya; b) orang yang secara khusus dipilih Allah untuk menjadi perantara/penyambung lidah Allah dalam menyampaikan kebenaran.
Elia adalah salah seorang nabi Perjanjian Lama yang berhasil mengembalikan iman bangsa Israel kepada Allah setelah bertahun-tahun lamanya  mereka menyembah Dewa Baal dengan cara menantang mereka di gunung Karmel untuk meminta api pada Allah masing-masing.
Bangsa Israel meninggalkan Allah dan menyembah Dewa Baal karena mereka percaya bahwa Dewa Baal lebih dekat dari Allah.
Kebaikan dan cinta Allah dibalas dengan ketidaksetiaan terhadap-Nya. Nabi Elia ingin menyelamatkan bangsa Israel sebelum murka Allah menimpa mereka. Kesalahan yang diperbuat oleh Raja Ahab sebagai seorang raja adalah membiarkan dirinya dipengaruhi istrinya, sehingga ia menyembah berhala dan meninggalkan Tuhan.
Di zaman sekarang ini banyak orang mendewakan uang karena mereka menganggap uang dapat dipergunakan untuk apa saja. Berdasarkan situasi seperti itu, kita dapat menjadi nabi-nabi kecil di sekitar kita dengan cara: berbuat jujur, saling menghargai, menerima teman apa adanya, menegur teman yang berbuat salah, dan berani meminta maaf bila memang berbuat salah.



Pelajaran  4
NABI YESAYA


RANGKUMAN

Yesaya adalah seorang pemuda yang menerima panggilan Allah lewat suatu penglihatan saat ia berada di Bait Allah. Ketika hendak diutus Allah, Yesaya merasa sebagai seorang yang najis bibir (berdosa), tetapi Allah berfirman: ”Pergilah dan wartakanlah Sabda-Ku kepada orang-orang Israel. Sejak saat itu Nabi Yesaya menjadi Nabi Tuhan yang menunjukkan jalan Tuhan bagi bangsanya.
Salah satu peringatan yang diberikan Nabi Yesaya kepada bangsa Israel yaitu ”Celakalah kalian. Akan tiba waktu Allah mencambuk bangsa kita. Bangsa lain akan menyerang bangsa Israel (mengepung Yerusalem dan Bait Allah). Mereka akan menang dan menghancurkan tembok Yerusalem dan Bait Allah sehingga rata dengan tanah. Dan bangsa kita akan dibuang ke negeri orang.
Nubuat Nabi Yesaya kepada bangsa Israel yaitu ”Seorang gadis akan mengandung dan melahirkan seorang putra untuk kita. Suatu tunas baru keluar dari tunggul Isai. Nyanyian Yesaya yang menggambarkan tentang kebaikan Allah berbunyi: ”Kekasihku mempunyai kebun anggur di lereng bukit subur. Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanamnya dengan pokok anggur pilihan, membersihkan dn memberi pupuk pada waktunya. Ia memasang pagar disekelilingnya supaya tidak ada binatang masuk dan merusakkan tanamannya. Bertahun-tahun lamanya ia memelihara kebun anggur itu dengan penuh perhatian. Ketika musim panen sudah dekat ia menyiapkan tempat untuk kita suatu tunas baru keluar dari tunggul Isai.





Pelajaran 5
BANGSA ISRAEL PULANG DARI PEMBUANGAN


RANGKUMAN

Kata bebas dapat diartikan merdeka, tidak terikat, tidak terkekang.
Selama 70 tahun bangsa Israel tinggal dalam pembuangan di Babilonia, mereka hidup menderita dan sengsara sebagai budak.
Setelah Babilonia dikalahkan raja Koresy dari Persia, melihat keadaan bangsa Israel raja Koresy mengijinkan mereka pulang ke negerinya Yerusalem untuk membangun Bait Allah dan kota Yerusalem. Kepulangan mereka dipimpin oleh Zerubabel.
Pada saat rombongan ini pulang raja Koresy mengembalikan perhiasan emas dan perak yang dulu dirampas dari Bait Allah agar digunakan untuk membangun Yerusalem.
Sampai di Yerusalem mereka sangat kecewa karena tanah leluhurnya telah hancur, tinggal rongsokan dan puing-puing.
Dengan berkat Allah, mereka membangun Bait Allah dan pondok-pondok untuk tempat tinggal mereka. Setelah Bait Allah diresmikan mereka menggunakan tempat ini untuk beribadat setiap hari. Mereka beribadat sesuai dengan yang tertulis dalam Kitab Musa.
Nehemia seorang Israel yang sangat cerdas, ia bekerja pada raja Koresy minta ijin untuk pulang ke negerinya guna membangun tembok di sekeliling kota Yerusalem dan perumahan bagi rakyat Yerusalem.
Belasan tahun kemudian, saat Nehemia kembali lagi ke Yerusalem untuk melihat perkembangan dan kehidupan bangsa Israel, ia kecewa karena banyak rakyat kembali meninggalkan Tuhan, bahkan pada hari Sabatpun orang-orang tidak pergi beribadat.
Melihat keadaan ini Nehemia menemui Ezra Imam Saleh dan ahli Taurat, mereka berunding bagaimana caranya supaya mereka menyadari bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah dan Bait Allah merupakan pusat kehidupan mereka dan tempat tinggal Tuhan di tengah-tengah umat-Nya serta hukum Musa/Taurat merupakan pedoman hidup bagi umat-Nya.
Setelah Nehemia, Ezra dan rakyat berunding di depan halaman Bait Allah rakyat mulai menyadari bahwa mereka sering melanggar kehendak Tuhan.
Di depan Nehemia dan Ezra mereka bersumpah untuk hidup menurut hukum Tuhan yang telah diberikan lewat perantaraan Musa, hamba-Nya. Mereka berjanji, bila mereka tidak menepati janji ini, mereka akan dikutuk Tuhan. Sejak perjanjian itu bangsa Israel menyebut diri mereka bangsa Yahudi dan beragama Yahudi.







Pelajaran 6
 UMAT ISRAEL MERINDUKAN MESIAS



RANGKUMAN

Bangsa Israel yang kembali menetap di Yerusalem, setelah hidup dalam pembuangan di Babilonia masih mengalami penderitaan dan ketidakadilan di negerinya sendiri yang menjerumuskan mereka ke dalam permusuhan satu dengan yang lainnya.
Dalam keadaan seperti itu umat Israel merindukan seorang Mesias seperti yang pernah diramalkan Nabi Yesaya yaitu seseorang yang akan mendamaikan semua orang yang bermusuhan dan menegakkan keadilan.
Mesias yang dirindukan umat Israel telah datang dalam diri Yesus dari Nasaret, namun mereka menolaknya karena mereka menginginkan Mesias adalah orang yang dapat mengangkat senjata untuk memerangi penjajah mereka, yaitu bangsa Romawi.
Mesias yang datang ke dunia adalah Yesus Kristus yang datang untuk membangun Kerajaan Allah, dimana hanya ada keadilan, damai, cinta kasih dan pengampunan, termasuk pengampunan terhadap musuh.
Yesus telah mulai membangun Kerajaan Allah di dunia, namun perjuangan itu belumlah selesai. Ia telah memanggil dan mengutus murid-murid-Nya untuk melanjutkan karya-Nya.
Kita juga adalah murid-murid Yesus yang dipanggil dan diutus membangun Kerajaan Allah di dunia ini, di negeri kita dan lingkungan kita tinggal.
Cara-cara kita untuk membangun Kerajaan Allah adalah: rajin belajar, hormat dan patuh pada orangtua dan guru, rukun dengan teman, jujur, adil, saling mengasihi, dan lain-lain.



 00000000



Pelajaran 7
GEREJA PERDANA


RANGKUMAN

Kerja sama senantiasa dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya. Contoh bentuk kerja sama itu antara lain piket di sekolah, membersihkan kebun/ halaman sekolah, kerja kelompok, kerja bakti di rumah/ lingkungan, dan lain-lain.
Dalam kerja sama dibutuhkan kerelaan yang tulus, rasa kesetiakawanan dan kemauan yang keras agar pekerjaan itu dapat cepat terselesaikan dengan cepat dan baik.
Jemaat Kristen Perdana yaitu kelompok umat beriman yang menerima ajaran Petrus (para rasul) dan mereka minta dibaptis pada saat peristiwa Pentakosta (turunnya Roh Kudus atas para rasul).
Yang dilakukan oleh Jemaat Perdana setiap mereka berkumpul adalah: bertekun dalam pengajaran para rasul dan persekutuan, memecah-mecahkan roti dan berdoa, membagikan sebagian harta miliknya bagi orang yang membutuhkan.
Karena kerukunan itu Jemaat Perdana disukai banyak orang dan Tuhan memberkati mereka dengan bertambahnya Jemaat itu sampai sekarang.
Rasa kesetiakawanan (solidaritas) yang tinggi antara mereka dan orang lain sangat kuat, sehingga setiap orang terdorong untuk bertemu dan mewujudkan rasa kesetiakawanan itu.
Kesetiakawanan hanya akan terwujud bila kita memiliki kerelaan berkorban serta keterlibatan pada penderitaan dan kebuTuhan orang lain.
Gereja saat inipun harus memiliki banyak orang yang dengan rela dan tulus hati sudi membagikan miliknya bagi sesama yang membutuhkan, sehingga Gereja akan memiliki daya pikat yang luar biasa akibatnya banyak orang ingin menjadi murid Kristus.
Bentuk-bentuk rasa kesetiakawanan (solidaritas) yang dapat diberikan Gereja pada sesama antara lain: memberikan bea siswa keluarga kurang mampu, membuka klinik berobat murah, menyumbang panti-panti sosial, mengadakan pengobatan gratis dan donor darah, menjual sembako dengan harga murah.
Cara-cara yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan Gereja kecil di lingkungan antara lain: tidak menghina teman yang miskin, menjenguk teman yang sakit, mendoakan teman yang memusuhi kita, hormat dan patuh pada orang tua dan guru.



Pelajaran 8
 SANTO PETRUS PEMERSATU GEREJA


V. RANGKUMAN

Hal-hal yang menyebabkan timbulnya konflik dalam hidup bersama orang lain, karena adanya sikap curiga dan kurang terbuka satu dengan yang lain serta adanya salah paham.
Cara-cara untuk mengatasi salah paham yang timbul adalah mereka harus memiliki jiwa yang besar untuk mau duduk bersama menyelesaikan konflik itu (dengan mengadakan musyawarah).
Petrus adalah pemimpin para rasul dan Gereja. Ia telah dipilih oleh Yesus sendiri untuk memimpin dan mempersatukan umat Gereja.
Pada saat Gereja baru berdiri, banyak orang ingin menjadi pengikut Kristus. Mereka berasal dari suku dan agama yang berbeda.
Orang-orang Yudea yang datang ke Anthiokia dan beberapa orang dari golongan Farisi yang telah percaya mengatakan “Orang-orang yang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk mentaati hukum Musa.”
Karena konflik yang berkepanjangan dan supaya orang-orang yang berasal dari luar Yahudi tidak bingung, bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk memecahkan konflik tersebut.
Dalam sidang itu Petrus mengatakan pendapatnya “bahwa tidak ada perbedaan antara Yahudi dan bukan Yahudi, antara yang disunat dan tidak disunat.” Sebab Allah sendiri telah mengenal hati mereka dan menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka. Kepada mereka juga, Allah telah mengaruniakan Roh Kudus yang sama, Allah tidak mengadakan pembedaan sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman, karena kita percaya bahwa oleh kasih karunia Kristus kita semua memperoleh keselamatan..
Akhirnya Petrus menyelesaikan pertentangan itu dengan damai. Semua orang Kristen bukan Yahudi tidak perlu disunat dan tidak harus menuruti hukum Musa. Keresahan umat berubah menjadi kegembiraan dengan konflik yang telah teratasi.
Petrus, para pengganti-Nya dan para pemimpin Gereja, hendaklah menjadi gembala dan pemersatu umat, karena pemimpin umat adalah lambang persatuan dalam Gereja.

VI.





Pelajaran 9
GEREJA SEBAGAI PERSEKUTUAN


RANGKUMAN

Contoh persekutuan yang ada dalam masyarakat yaitu persekutuan sepak bola, serikat tani, serikat kaum buruh, mahasiswa, pramuka dan lain-lain.
Gereja disebut juga persekutuan karena Gereja adalah persekutuan umat yang percaya kepada Yesus Kristus dalam Roh Kudus, dipersatukan oleh cinta dan harapan yang sama, diutus oleh Kristus untuk mewartakan kabar baik Kerajaan Allah di bumi.
Empat hal penting yang perlu diperhatikan Gereja sebagai persekutuan yaitu:
Gereja adalah persekutuan umat yang percaya kepada Yesus Kristus. Artinya dalam persekutuan itu setiap anggota Gereja dipersatukan oleh iman akan Yesus Kristus (Gereja adalah persekutuan iman).
Roh Kudus menggerakkan persekutuan dalam Gereja, Ia menganugerahkan rahmat dan kharisma pada setiap anggota Gereja. Roh Kudus memperteguh persekutuan menjadi satu tubuh.
Semangat dasar persekutuan adalah cinta dan harapan. Cinta dan harapan pada keselamatan merupakan dorongan yang senantiasa menggerakkan persekutuan.
Tugas Gereja adalah mewartakan Kerajaan Allah, yakni untuk menyelamatkan seluruh umat manusia.
Tiga kelompok dengan corak hidup khusus yang ada dalam Gereja, yaitu:
Kelompok Hierarki. Kelompok hierarki adalah dewan para Uskup dengan Paus sebagai kepala (pemimpin tertinggi). Para imam dan diakon adalah pembantu Uskup. Tugas hierarki adalah menjadi pemimpin dan gembala Gereja.
Kelompok Biarawan-biarawati. Biarawan-biarawati merupakan kelompok khusus dalam Gereja. Mereka mengejar kesempurnaan hidup dengan mengikuti nasihat Injil dengan mengikrarkan kaul ketaatan, kemiskinan dan kesucian. Tugas mereka adalah mewujudkan corak kehidupan dengan kaul-kaul dan menyuburkan kesucian Gereja dan kemuliaan Allah Tritunggal.
Kelompok Awam. Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan biarawan-biarawati. Tugas awam ialah meresapkan tata dunia dengan semangat Injil.
Gambaran (simbol) dalam Gereja
Yesus menggambarkan dan melambangkan diri-Nya dan pengikut-Nya seperti pohon anggur dan ranting-rantingnya.
Santo Paulus melambangkan Kristus dan umat-Nya seperti kepala dan anggota-anggota tubuh manusia.
Tradisi Gereja sering menggambarkan umat Kristus (Gereja) seperti perahu yang sedang berlayar lengkap dengan para penumpang dan nahkodanya.



Pelajaran 10
TIGA TUGAS GEREJA


RANGKUMAN

Tiga tugas yang diemban Gereja dari Yesus Kristus sepanjang masa adalah sebagai berikut:
Tugas Mewartakan
Sebelum terangkat ke Surga, Yesus telah berpesan kepada para murid untuk pergi mewartakan kabar gembira ke seluruh dunia. Mereka tidak perlu takut, karena Yesus akan menyertai mereka selalu.
Pesan itu tetap berlaku bagi murid-murid Yesus di zaman sekarang ini, yaitu mereka semua yang telah dipermandikan. Pewartaan adalah tugas utama Gereja.
Tujuan dari tugas pewartaan itu ialah agar Yesus dan ajaran-Nya diterima dan diimani dengan segenap hati oleh semua orang sehingga orang yang percaya memperoleh keselamatan.
Pewartaan tidak hanya dilakukan dengan kata-kata tetapi lebih-lebih dengan perbuatan, kesaksian hidup yang baik.
Tugas Menguduskan
Umat Kristen terbiasa menjalankan perayaan iman sejati sejak awal sejarah Gereja. Perayaan ibadat juga merupakan perayaan iman. Puncak perayaan iman dalam Gereja yaitu perayaan Ekaristi. Selain perayaan sakramen ada juga perayaan sakramentali (pemberkatan rumah, ibadat sabda, renungan Kitab Suci, ziarah, dan lain-lain).

Kisah para rasul menceritakan cara hidup jemaat setiap hari yaitu berkumpul untuk:
mendengarkan ajaran para rasul.
berdoa dan memecah-mecahkan roti.
hidup rukun dan saling membantu (mereka yang kaya menjual sebagian harta miliknya untuk mereka yang miskin).
Perayaan iman bukan sekedar perayaan ibadat tetapi diharapkan mampu menghasilkan buah-buah yang nyata dalam hidup sehari-hari..
Tugas Melayani/ Menggembalakan
Yesus adalah tuan segala tuan, tetapi bersikap rendah hati dan siap melayani.
Pelayanan yang telah dijalankan oleh Yesus menjadi tugas dan panggilan Gereja. Gereja sungguh-sungguh menjadi warta gembira bila Gereja menampakkan pelayanan dalam kehidupannya. Semua anggota Gereja dipanggil untuk tugas pelayanan, termasuk kita yang kini telah belajar.
Yesus Kritus adalah dasar dari seluruh penggembalaan/ pelayanan dalam Gereja. Ia menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, memberi makan orang lapar dan mengampuni orang berdosa yang bertobat. Pelayanan dijalankan Yesus dengan penuh pengabdian, pengorbanan dan kerendahan hati seperti diwujudkan dalam pembasuhan kaki para murid-Nya (Lihat Yohanes 13: 4-17).
Tugas penggembalaan merupakan tugas semua orang Katolik sesuai dengan fungsi dan status setiap orang.
Tugas pelayanan bertujuan agar kehidupan manusia utuh dan masuk ke dalam persekutuan hidup dengan Allah.
Cara-cara yang dapat kita laksanakan dalam hidup menggereja antara lain: menjadi misdinar, ikut pendalaman Kitab Suci, doa di lingkungan, koor anak-anak, bina iman, doa rosario dan lain-lain.









Pelajaran 11
MARIA BUNDA GEREJA


RANGKUMAN

Sejak Maria diserahkan kepada Yohanes dan Yohanes diserahkan kepada Maria, maka Maria menjadi ibu Yohanes, ibu orang beriman, ibu Gereja.
Maria tidak hanya Bunda Gereja, tetapi juga contoh dan pola hidup bagi Gereja. Maria adalah seorang ibu yang unggul, karena anugerah Tuhan.
Maria adalah teladan dan cermin dari Gereja.
Maria adalah Putra Allah Bapa dan Kenisah Roh Kudus. Gereja disebut kenisah karena Gereja lahir dari rencana Allah.
Maria adalah Bunda Penebus, Bunda Yesus Kristus, Bunda anggota tubuh Yesus Kristus.
Maria adalah Bunda yang tetap perawan karena kesetiaannya pada Yesus Kristus Putra-Nya tidak terbagi. Maria adalah contoh unggul bagi Gereja dalam iman, pengharapan dan kasih setia.
Sebelum diangkat ke Surga, Yesus menjanjikan Roh Kudus kepada Para Rasul.
Roh Kudus menjadi kekuatan bagi Para Rasul untuk membawakan warta gembira Kerajaan Allah: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu menjadi saksiku di Yerusalem dan sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1: 8).
Roh Kudus menjadi penjamin karya Para Rasul.
Bunda Maria terlibat dalam karya kerasulan. Karena ia turut serta bersama Para Rasul menantikan Roh Kudus itu, “mereka bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama.”
Maria adalah Bunda Para Rasul, Bunda para pewarta Kerajaan Allah sehingga semua orang beriman bertugas untuk menjalankan karya kerasulan. Maria adalah contoh dan teladan bagi Gereja.
Maria disebut Bunda Yesus karena ia mengandung dari kuasa Roh Kudus dan melahirkan Yesus Sang Penyelamat.
Maria adalah Ibu Yesus, juga ibu kita umat beriman. Saat Ia tergantung di kayu salib, Yesus menyatakan kepada murid-Nya (Yohanes): “Inilah, ibumu” dan kepada ibu-Nya (Maria): “Ibu, inilah anakmu!” (Lihat Yohanes 19: 26–29).
Bersama Para Rasul Bunda Maria terlibat dalam karya kerasulan “mereka bertekun dalam doa menantikan Roh Kudus penggiat karya kerasulan” (Lihat Kisah Para Rasul 1: 12–14).
Orang Katolik memiliki kewajiban untuk menghormati Bunda Maria, Ibu Yesus dan Ibu Gereja. Dengan cara berdoa Salam Maria, Rosario dan berziarah  ke gua Maria.






Pelajaran 12
HATI NURANI


RANGKUMAN

Hati nurani adalah penerapan kesadaran moral dalam suatu situasi yang konkret, yang menilai suatu tindakan manusia atas baik dan buruknya; Kemampuan manusia untuk mengetahui yang benar dan baik karena kemampuan itu dapat menjadi lemah, keliru, tersesat dan tak berfungsi secara benar.
Pembedaan yang menyangkut hati nurani antara lain:
a) Dari segi waktu. Hati nurani dapat berperan sebelum suatu tindakan dilakukan. Hati nurani biasanya akan menyuruh, jika perbuatan itu baik dan melarang jika perbuatan itu buruk. Hati nurani dapat berperan sesudah tindakan diperbuat, ia akan “memuji” bila perbuatan itu baik dan membuat gelisah/ menyesal jika perbuatan itu buruk.

b)  Dari segi benar dan tidaknya. Hati nurani dikatakan benar, jika kata hati kita sesuai dengan norma obyektif. Hati nurani dikatakan keliru, jika kata hati kita tidak sesuai dengan norma obyektif.
c) Dari segi pasti tidaknya. Hati nurani yang pasti, secara moril berarti dapat dipastikan bahwa hati nurani itu tidak keliru, karena hati nurani yang bimbang berarti masih ada keragu-raguan.
Cara-cara untuk membina hati nurani antara lain:
Mengikuti keputusan suara hati dalam segala hal. Misalnya:
Mengikuti keputusan suara hati, bila suara hati memberikan putusan yang jelas. “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan memandang Allah.” (Mat 5: 8).
Membiasakan diri untuk menjalankan perbuatan-perbuatan baik.
Mencari keterangan  pada sumber yang baik dan benar. Misalnya:
Membaca surat kabar, buku-buku yang baik, dokumen-dokumen Gereja.
Bertanya kepada orang yang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan yang luas, Mengikuti kegiatan rohani, seperti rekoleksi, retret, pendalaman Kitab Suci dsb.
Mengoreksi diri dan introspeksi. Mengoreksi diri sendiri sangat penting supaya dapat selalu mengarahkan hidup kita dengan baik dan benar.

Santo Paulus mengajarkan bahwa dalam diri kita ada dua hukum yaitu hukum Allah dan hukum dosa. Hukum Allah menuju kebaikan, sedangkan hukum dosa menuju pada dosa. Kedua hukum ini saling bertentangan. Santo Paulus menyadari bahwa ada pergulatan antara yang baik dan jahat di hati manusia.
Konsili Vatikan II dalam dokumen Gaudium et Spes Art 16 antara lain menjelaskan “Di dalam hati nuraninya manusia menemui hukum yang mengikat untuk ditaati. Hukum itu berseru kepada manusia untuk menjauhkan yang jahat dan memanggil untuk melakukan yang baik. Hukum ditanam dalam hati manusia oleh Allah sendiri.